Minggu, 24 Juli 2016

Doa dan restu Ibu yaitu salah satu kunci yang dapat mengantarkan kita menuju keberhasilan dan kebahagiaan dalam kehidupan, Suatu cerita fakta yang dapat jadi ide kita seluruhnya, bahwa seluruhnya keberhasilan yang kita raih saat ini tidak terlepas dari dampak serta doa doa orang paling dekat, terlebih doa dari ibu.



Terbatasnya fisik bukanlah penghalang mencapai keberhasilan. Sekurang-kurangnya tersebut yang tercermin pada Sugimun, yang memiliki tiga unit toko elektronik “Cahaya Baru”

Satu saat Sugimun pergi ke solo untuk beli mobil. Saat bakal masuk ke suatu shoowroom mobil, seseorang karyawan menghampirinya serta mengulurkan duit recehan kepadanya. Diperlakukan seperti itu Sugimun selekasnya menukas, “Oh, saya bukanlah pengemis, Mas. Saya mencari mobil. ”

Sudah pasti si karyawan itu kaget serta cepat-cepat masuk ke sembari memikul malu.

Menurut Sugimun, si karyawan menduga dianya seseorang pengemis lantaran memakai kursi roda, “Waktu itu sopir saya telah duluan masuk show room, ” kenang Sugimun tersenyum.

Lelaki yang lahir tahu 1970, di dusun Mojopuro, Magetan, Jawa Timur ini yaitu pemillik toko elektronik “Cahaya Baru” di kota trenggalek serta Magetan, Jawa Timur.

Untuk orang Trenggalek, Magetan serta sekitarnya, nama toko itu telah tak asing lagi. “Cahaya Baru” di kenal juga sebagai toko elektronik yang cukup besar. Omsetnya telah meraih 150 juta per bln..

Sugimun berikan nama tokonya dengan “Cahaya Baru”, dengan ditujukan untuk mewakili suatu harapan harapan baru untuk diri serta keluarganya,

Kesuksesan Sugimun seperti saat ini tak terlepas dari usaha serta doa ibunya. Maklum, terkecuali mulai sejak kecil cacat, Sugimun juga lahir dari keluarga miskin. Karena sangat miskinnya, ia tak pernah mengenyam pendidikan resmi. “Sekolah TK saja tidak pernah, ” kenangnya.

Pergantian kehidupan Sugimun bermula pada umur 19 th.. Saat itu, seseorang aparat desa sebagian orang dari Dinas Sosial datang ke tempat tinggalnya. Mereka mengajak Sugimun ikuti program penyantunan serta rehabilitasi sosial serta penyandang cacat di Panti Sosial Bina Daksa (PSDB) “Suryatama” di kota Bangil, Jawa Timur. Di tempat itu Sugimun ikuti tuntunan fisik, mental, dan pendidikan kejar Paket A.

“Pada awalannya, saya terasa rendah diri lantaran seluruhnya rekan saya penyandang cacat mempunyai pendidikan resmi dari mulai SD, SMP bahkan juga ada yang lulusan SMA, ” kenangnya. Sedang dianya belum mengetahui baca catat.

Tetapi lantaran tekadnya untuk bangkit serta tidak mau tergantung pada orang lain, rasa rendah diri itu dibuangnya jauh-jauh. Di Suryatama, ia belajar ketrampilan elektronik seperti radio, sound sistem, kipas angin, televise, serta lain sebagainya. ” Tuturnya.

Sesudah dua th. ikuti program kursus, Sugimun kembali pulang kampung. Tetapi ia tak mempunyai kesibukan di desanya. Pada akhirnya ia coba mencari kerja ditempat usaha servis elektronik. Sayangnya, umumnya berbuntut pada penolakan. “Mungkin mereka menilainya saya kurang dapat bekerja dengan baik lantaran keadaan fisik seperti ini, ” kenangnya,

Yang menyedihkan, kerapkali ia diduga pengemis waktu melamar pekerjaan. Ia baru dapat bekerja ketika seseorang rekan di Kediri menerimanya juga sebagai karyawan suatu bengkel elektronik. Tetapi lantaran satu argumen, tak hingga setahun, ia mengambil keputusan untuk pulang kampung.
==============
Ia juga coba melamar pekerjaan di kota kelahirannya. Lagi-lagi ia kembali memperoleh penolakan, “Hal ini membawa saya pada rangkuman bahwa saya mesti buka lapangan pekerjaan untuk dapat bekerja, ” tuturnya.

Berbekal Doa Restu Sang Ibu

Dengan keadaan ekonomi yang serba susah dan pengalaman yang tidak diterima berulang-kali bikin Sugimun nekad berupaya sendiri. Berbekal restu sang ibu, th. 1992 ia jual perhiasan emas punya ibunya sejumlah Rp. 15. 000, -. Duit itu beberapa ia gunakan untuk menyewa lapak emperan pasar sayur Magetan. Ditempat yang kecil itu, ia buka usaha layanan servis elektronik serta jual isi korek api. Dengan perlengkapan seadanya, sehari-hari ia melayani pelanggannya.

Untuk menggerakkan usahanya, Sugimun mesti berjuang keras. Bagaimana tidak, jarak perjalanan dari rumah ketempat usahanya sangat jauh. Dari desanya yang terpencil, ia mesti berjuang meniti jarak satu km. untuk menuju ke tempat mangkal angkutan umum yang bakal membawanya ke kiosnya. Belum lagi jarak menuju pasar sayur. Ditambah lagi naik-turun angkutan umum. Untuk orang fisiknya normal, hal semacam itu bukanlah permasalahan. Tetapi untuk Sugimun yang kakinya layuh (lumpuh) disebabkan polio, merasa berat.

Usahanya itu juga kadang-kadang ramai, kadang-kadang sepi. “Namun, saya terus meyakini Allah Maha Adil, Pengasih serta Pemurah, ”katanya.

Dengan penuh ketelatenan serta kesungguhan, Sugimun berupaya mencapai keyakinan beberapa pelanggan, terlebih dalam menepati janji. Ia berupaya keras untuk merampungkan pekerjaan pas saat. Ia juga tak pelit menuturkan pada pelanggannya perihal rusaknya serta onderdil yang perlu diperlukan, termasuk juga harga serta kwalitas onderdil yang beragam. “Ternyata lewat cara seperti itu keyakinan dapat diperoleh, ” tuturnya.

Kiosnya makin kerap dikunjungi orang. Bermakna, keperluan bakal onderdil elektronik juga bertambah.

Kesempatan inilah yang ia baca. Ia mulai menyisihkan uangnya untuk modal pembelian onderdil. sedikit untuk sedikit ia juga melengkapi kiosnya dengan barang elektronik. Lantaran makin lama barangnya semakin banyak, pada akhirnya ia membulatkan tekad beli toko. “Alhamdulillah ramai, ” tuturnya. Saat ini ia sudah mempunyai tiga unit toko.

Walau saat ini jadi orang berhasil, Sugimun tak lupa pada keluarganya. Juga sebagai anak tertua dari delapan saudara, ia terasa bertanggungjawab atas eberlangsungan pendidikan adik-adiknya. Oleh karena itu, beberapa rejekinya ia pakai untuk menolong cost pendidikan tiga orang adiknya, ia mangajak mereka untuk menolong menggerakkan toko elektroniknya. Ia mengharapkan supaya nantinya, saudara-saudaranya yang lain dapat mandiri. “Saya bahagia dapat menyekolahkan ketiga adik saya sampai tamat SMU, ” tuturnya.

Kebahagiaannya makin komplit saat ia temukan jodohnya bernama Nursiam. Wanita yang ia nikahi itu saat ini memberikannya tiga orang anak.

Diluar itu, Sugimun juga menolong beberapa orang di daerah sekitarnya. Ia tak menolong berbentuk duit, tetapi berbentuk pemberian peluang pendidikan serta ketrampilan. Ia membina sebagian yatim serta anak cacat supaya mempunyai beragam ketrampilan yang bermanfaat untuk hari esok mereka nantinya.

“Pengalaman saat lantas bikin saya sadar, bahwa pendidikan serta ketrampilan sangatlah bermanfaat untuk beberapa orang seperti saya, ” tuturnya sembari tersenyum. Ada tiga anak yatim cacat yang saat ini ia asuh. Sedikit memanglah, namun sekurang-kurangnya, ia sudah berbuat suatu hal untuk sesamanya.

Satu hal yang ia syukuri, ia cuma cacat fisik, bukanlah cacat rohani. Cacat fisik yang ia alami tak membuatnya jatuh terpuruk mengharap belas kasih orang lain, tetapi juga sebagai pelecut semangat untuk meraih harapan mandiri. Saat ini, walau ia dengan cara fisik tak prima, namun ia dapat berbuat lebih. Melebihi dari apa yang dapat dikerjakan oleh orang normal. “Ini seluruhnya rahasia Allah, bahwa orang cacat seperti saya, di beri kekuatan untuk menolong orang lain, ” tuturnya.
sumber http://berita-new.tk/berkat-doa-ibu-dulu-dianggap-pengemis-sekarang-jadi-bos/

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © ADA-ADA SAJA - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -