Rabu, 27 Juli 2016

Hidup Sudah Mengikuti Syariat Allah, Mengapa Masih Melarat?
Banyak umat islam yang berusaha menjalani segala syariat yang Allah tentukan dengan harapan agar kehidupannya berubah menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan adanya firman Allah bahwa siapa yang beriman dan bertakwa akan diberi jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka.




Akan tetapi sesungguhnya niat yang seperti itu hendaknya perlu kita sadari bahwa Allah tetap akan menguji hambaNya meski telah berubah menjadi taat dan bertakwa.

Hal ini senada dengan kisah di jaman Rasulullah dimana ada beberapa orang arab yang mendatangi Rasulullah untuk menyatakan diri masuk islam. Mereka pun bertanya-tanya, apakah penghasilan mereka akan bertambah ataukah berkurang setelah masuk islam.

Jika mereka mendapati daerah mereka dihujani, panen berlimpah, ternak yang banyak dan banyaknya kelahiran anak laki-laki, mereka pun akan berucap, “Agama kita yang baru ini sangat bagus, terus istiqomah untuk berpegang dengannya.”

Namun jika mereka justru mendapati daerahnya paceklik, ternak yang sedikit dan hujan yang jarang, maka mereka pun akan berucap, “Agama kita yang baru ini tak ada sisi baiknya.”

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa orang yang demikian merupakan manusia yang beribadah kepada Allah di pinggiran yakni hanya mencari enaknya saja dan mau mengikuti syariat jika menguntungkan.

Sesungguhnya Allah telah berfirman dalam surat Al Hajj ayat 11 yang artinya:

“Ada beberapa orang yang mereka beribadah kepada Allah di pinggiran. Kalau dia mendapatkan kebaikan, dia merasa tenang dengan islam. Namun ketika dia mendapatkan fitnah, mendapatkan ujian dia berpaling, dia murtad. Allah sebut orang ini rugi dunia akhirat. Dan itu kerugian yang nyata” (QS Al Hajj 11)

Kisah seperti itu ternyata ada di jaman sekarang dimana banyak orang yang disadarkan untuk keluar dari dunia yang bersinggungan dengan riba agar mendapatkan rahmat Allah. Namun setelah beberapa lama mereka yang disadarkan pun akan mengatakan,

“Saya sudah berusaha meninggalkan yang haram kenapa rezeki saya masih seret? Saya sudah meninggalkan riba, asuransi, mengapa Allah belum mengganti pekerjaan yang layak? Katanya ikut ekonomi syariat rezeki akan bertambah dan berkah, mana buktinya?”

Demikianlah pandangan umat saat ini yang seperti pemikiran orang badui jaman dahulu. Mereka menilai islam dengan keuntungan di dunia. mereka akan yakin kepada syariat islam jika hal tersebut menguntungkan bagi mereka saat itu juga.

Ternyata mereka yang memiliki pandangan seperti itu pada akhirnya kembali lagi kepada aktivitasnya semula dan rentan berdekatan dengan dunia yang haram. Seharusnya sebagai hamba-Nya yang beriman, kita harus menerima konsekuensi yang pahit sekalipun dalam syariat tersebut.



Maka sudah selayaknya bagi kita selaku umat islam untuk melihat syariat yang Allah buat bukan berdasarkan keuntungan di dunia saja, namun juga berdasarkan pada keselamatan di akhirat kelak. Wallahu A’lam
Hidup Sudah Mengikuti Syariat Allah, Mengapa Masih Melarat?
Banyak umat islam yang berusaha menjalani segala syariat yang Allah tentukan dengan harapan agar kehidupannya berubah menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan adanya firman Allah bahwa siapa yang beriman dan bertakwa akan diberi jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka.

Akan tetapi sesungguhnya niat yang seperti itu hendaknya perlu kita sadari bahwa Allah tetap akan menguji hambaNya meski telah berubah menjadi taat dan bertakwa.

Hal ini senada dengan kisah di jaman Rasulullah dimana ada beberapa orang arab yang mendatangi Rasulullah untuk menyatakan diri masuk islam. Mereka pun bertanya-tanya, apakah penghasilan mereka akan bertambah ataukah berkurang setelah masuk islam.

Jika mereka mendapati daerah mereka dihujani, panen berlimpah, ternak yang banyak dan banyaknya kelahiran anak laki-laki, mereka pun akan berucap, “Agama kita yang baru ini sangat bagus, terus istiqomah untuk berpegang dengannya.”

Namun jika mereka justru mendapati daerahnya paceklik, ternak yang sedikit dan hujan yang jarang, maka mereka pun akan berucap, “Agama kita yang baru ini tak ada sisi baiknya.”

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan bahwa orang yang demikian merupakan manusia yang beribadah kepada Allah di pinggiran yakni hanya mencari enaknya saja dan mau mengikuti syariat jika menguntungkan.

Sesungguhnya Allah telah berfirman dalam surat Al Hajj ayat 11 yang artinya:

“Ada beberapa orang yang mereka beribadah kepada Allah di pinggiran. Kalau dia mendapatkan kebaikan, dia merasa tenang dengan islam. Namun ketika dia mendapatkan fitnah, mendapatkan ujian dia berpaling, dia murtad. Allah sebut orang ini rugi dunia akhirat. Dan itu kerugian yang nyata” (QS Al Hajj 11)

Kisah seperti itu ternyata ada di jaman sekarang dimana banyak orang yang disadarkan untuk keluar dari dunia yang bersinggungan dengan riba agar mendapatkan rahmat Allah. Namun setelah beberapa lama mereka yang disadarkan pun akan mengatakan,

“Saya sudah berusaha meninggalkan yang haram kenapa rezeki saya masih seret? Saya sudah meninggalkan riba, asuransi, mengapa Allah belum mengganti pekerjaan yang layak? Katanya ikut ekonomi syariat rezeki akan bertambah dan berkah, mana buktinya?”

Demikianlah pandangan umat saat ini yang seperti pemikiran orang badui jaman dahulu. Mereka menilai islam dengan keuntungan di dunia. mereka akan yakin kepada syariat islam jika hal tersebut menguntungkan bagi mereka saat itu juga.

Ternyata mereka yang memiliki pandangan seperti itu pada akhirnya kembali lagi kepada aktivitasnya semula dan rentan berdekatan dengan dunia yang haram. Seharusnya sebagai hamba-Nya yang beriman, kita harus menerima konsekuensi yang pahit sekalipun dalam syariat tersebut.

Baca Juga:


Maka sudah selayaknya bagi kita selaku umat islam untuk melihat syariat yang Allah buat bukan berdasarkan keuntungan di dunia saja, namun juga berdasarkan pada keselamatan di akhirat kelak. Wallahu A’lam

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © ADA-ADA SAJA - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -