Kamis, 28 Juli 2016
Setiap manusia memiliki bentuk sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain. Bahkan sekalipun mereka yang kembar identik, namun sidik jarinya tidaklah sama. Keunikan ini membuat sidik jari berperan penting dalam proses mengidentifikasi data diri seseorang. Karena begitu pentingnya, manusia bahkan membuat ilmu khusus untuk memperlajari tentang sidik jari dengan bernama Daktiloskopi.
.
Sebelum ditemukan teknologi yang mutakhir, orang menganggap sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna khusus. Namun disaat sidik jari masih dianggap kurang menarik saat itu, Alquran sudah menuliskan pentingnya arti penting sidik jari, yang baru mampu dipahami di zaman sekarang.
.
Keunikan sidik jari diperkenalkan pertama
kali oleh Johann Christoph Andreas Mayer (1747-1801) pada tahun 1788, seorang ahli anatomi Jerman. Pernyataan ini diteruskan oleh Sir William James Herschel pada tahun 1858. Namun keduanya hanya membahas tentang keunikan sidik jari, namun tidak mengkaji sidik jari sebagai identitas.
.
Jauh sebelum penemuan ilmuan barat tersebut, Ilmuan Muslim Rashid al-Din Hamadani (1247-1318) sudah menjelaskan tidak ada dua individu yang memiliki jari persis sama. Namun penemuan ini selalu dibantah hingga akhirnya mereka sendiri yang melakukan penelitian dan mengklaim.
.
"Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali) tulang-belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kembali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (Al Qur'an, 75:3-4). .
Penekanan ujung jari atau sidik jari ini tentu memiliki makna khusus, terlebih hal ini dikatakan oleh Pencipta alam semesta. Setelah dikaji selama bertahun-tahun serta didukung dengan teknologi, barulah diketahui tentang pentingnya bagian tubuh yang satu ini. Layaknya barang yang memiliki kode unik, manusia pun diberikan kode unik seperti sistem barcode sebagaimana yang digunakan sekarang ini. MasyaAllah, Inilah bukti Alquran mencakup ilmu pengetahuan sepanjang masa.
.
Wallahu a’lam bishwab | via eramuslim.com