Jumat, 22 Juli 2016

Suku Anak Dalam seringkali identik dengan kehidupannya yang jorok dan tanpa agama. Namun anggapan tersebut segera memudar setelah sejumlah Suku Anak Dalam menyatakan masuk islam mulai dari anak-anak hingga lansia.



Memeluk agama pun akan mengangkat harkat dan martabat para penduduk yang seringkali berpindah-pindah tersebut.

Baru-baru ini, tepatnya hari Kamis (14/07/2016) sekitar 12 anak dari Suku Anak Dalam mengucapkan syahadat secara bersama-sama di dalam Masjid Alfalah Sarolangun. Mereka dipimpin untuk mengucapkan kalimat syahadat oleh KH Abdul Majid.

Dilansir dari Kilasjambi, Minggu (17/07/2016) KH Abdul Majid mengatakan bahwa anak-anak tersebut ingin hidup normal dan bisa membaca Al Qur’an.

“Kedua belas anak Suku Anak Dalam ini sudah mantap memeluk islam, tapa paksaan. Kata mereka mau hidup normal dan ingin pandai membaca Al Qur’an. Mereka pun bertekad mondok di pesantren,” ucapnya.

Saat ini anak rimba tersebut bermukim di Sepintun, Kecamatan Pauh, Sarolangun. Awal mengapa mereka mengucapkan syahadat adalah dikarenakan melihat anak-anak desa setempat yang beramai-ramai ke rumah salah satu ustadz untuk mengaji. Sebagian dari anak rimba itu pun diajak mengaji dan diberi baju koko serta sarung.

“Mereka mau memakai baju. Dan tidak telanj4ng lagi dengan hanya mengenakan cawat. Itu dilakukan karena mereka ingin pandai membaca Al Qur’an,” tambah Majid.

Sebelumnya selama beratus-ratus tahun mereka meyakini agama warisan nenek moyang mereka. Kini, baik dari anak-anak hingga lansia mulai tertarik dengan islam dan menjadi mualaf.

“Mereka sudah terbuka dan bergaul dengan masyarakat kampung. Ini juga yang membuat pemahaman tentang islam tumbuh dan menjadi bagian dari hidup mereka. Setelah merasa yakin, kelompok Suku Anak Dalam ini siap masuk islam,” ucap Budi VJ selaku Direktur Eksekutif kelompok Peduli Suku Anak Dalam.

Bahkan sejumlah Suku Anak Dalam yang menjadi mualaf ada yang telah menunaikan umroh atau naik haji. Meskipun begitu sejumlah pihak tidak mempermasalahkan jika masih ada Suku Anak Dalam yang masih mempertahankan tradisi dan kepercayaannya.

“Alhamdulillah, bagi yang belum memeluk islam tak apa. Karena sebagian besar kelompok yang keras mempertahankan agama nenek moyang juga telah mengadopsi ajaran islam seperti tidak boleh makan ketika bulan puasa, menanam padi setelah hari raya haji dan saling memaafkan ketika bulan syawal,” ucap Prof DR Mutholib selaku Guru Besar IAIN Sultan Syaifuddin Jambi.

Yang lebih mengherankan lagi adalah sebuah mantra yang diucapkan oleh Suku Anak Dalam. Mantra yang bisa mengobati orang sakit dan digigit oleh hewan berbisa tersebut ternyata berupa lafadz tahlil yang bunyinya “Kabul Lailahaillallah”. Padahal mereka belum menjadi seorang muslim.

Sementara bagi yang telah berumur dewasa dan telah hidup bersama pasangannya akan dinikahkan lagi dengan aturan islam sehingga sah secara agama. Suku Anak Dalam pun sangat antusias dengan hal tersebut.


Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © ADA-ADA SAJA - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -