Senin, 29 Agustus 2016
Suatu hari ketika shalat berjamaah di Masjidil Haram, terdengar ringtone hp yang menggunakan musik dari arah salah seorang makmum. Rupanya, HP-nya tidak dimatikan sehingga ada telepon masuk tepat ketika shalat sedang berlangsung..
Usai shalat, Syaikh Abdurrahman As Sudais menghadap jamaah. Sambil menangis, Imam Masjidil Haram itu mengatakan: “Di rumah, aku tidak pernah mendengar suara musik. Tapi hari ini, justru aku mendengar musik di rumah Allah…”
Tidak sedikit jamaah yang merasa tersentak dengan tausiyah singkat itu. Namun sejatinya, kita juga perlu merasa “tertampar”.
Pertama, kita sering membawa HP ke masjid pada saat shalat jamaah padahal HP itu bukanlah kepentingan kita saat berada di masjid. Sementara pemain bola saja, mereka tidak pernah membawa HP ke lapangan. Apakah masjid bagi kita tidak lebih mulia daripada lapangan bagi pemain bola?
Jika pemain bola fokus dengan pertandingannya sehingga tidak mau terganggu HP, apakah kita rela shalat tidak fokus karena terganggu HP?
Kedua, lebih parah lagi jika kita membawa HP ke masjid lalu kita tidak mematikannya, tidak juga membisukannya (silent). Sementara HP kita bisa sewaktu-waktu berbunyi ketika ada panggilan masuk, ketika ada pesan masuk, notifikasi dan sebagainya.
Kalaupun terpaksa membawa HP, maka pastikan HP kita silent atau off sewaktu berada di dalam masjid, terutama saat shalat sedang berlangsung.