Rabu, 14 September 2016
sangatunix - Shelly Lansritan yang bekerja sebagai konsultan asuransi menulis sebuah catatan di akun Facebooknya dengan judul 'Tidak Mudah Menjadi Pria', Senin (12/9). Seperti judulnya, catatan ini berisi tentang curhatan isi hati seorang istri dalam melihat kehidupan sehari-hari suaminya yang bekerja sebagai programmer.
[post_ad]
Curhatan yang cukup panjang ini seolah memperlihatkan sisi lain kehidupan rumah tangga. Bagi mereka yang sudah menikah tentu mudah memahaminya, tetapi bagi yang belum setidaknya menjadi pengetahuan awal. Berikut selengkapnya curhatan seorang istri ini dikutip sangatunix dari akun facebook Shelly Lansritan:
Hampir sebulan ini, suami saya sibuk sekali. Biasanya kalau pulang kerja, dia pasti berburu game. Kalau weekend atau tanggal merah, juga pasti main game. Nah hampir sebulan ini gamenya membeku, tidak disentuh.
Suami saya seorang programmer, spesialis di bidang mobile aplikasi. Tapi dia sering rendah hati menyebut dirinya sebagai tukang ketik. Tidak seperti istrinya yang agent asuransi namun sering tinggi hati menyebut dirinya sebagai malaikat tanpa sayap, bahahahahaha...
Dari dulu sampai sekarang, saya tidak pernah paham tentang pekerjaannya. Jika kupandang laptopnya, rasanya semua yang terpampang di layar sama semua. Berisi kode-kode ala programmer. Terlalu teknikal sekali buat saya yang terbiasa bekerja di dunia marketing. Maka dari itu saya bisa minta pendapatnya jika terkait pekerjaan saya, sedangkan dia tidak bisa minta pendapat saya jika terkait pekerjaannya.
Hari ini libur nasional Idul Adha dan suami saya kembali berkutat dengan kode-kode di laptopnya. Saya menyetrika pakaian sambil sesekali melihat padanya yang begitu serius di depan laptop. Saya jadi berfikir bahwa suami saya ini hampir tidak pernah mengeluh sesibuk apapun beban pekerjaan yang dia tangani. Beda sekali dengan saya yang gemar berceloteh.
Saya jadi ingat beberapa hari yang lalu saya posting foto setrikaan yang menggunung dan ngedumel soal itu. Suami saya memang jarang sekali membantu pekerjaan rumah tangga, tapi saya bersyukur bahwa dia hampir tidak pernah menegur bahkan marah jika rumah dalam keadaan kotor atau berantakan. Mungkin dia tidak ingin membuat saya bertambah pusing. Hal simple seperti itu sudah cukup membuat hati saya nyaman.
Saya tahu banyak sekali wanita yang sering menganggap dirinya menanggung beban berat dalam hidup entah itu ibu rumah tangga atau wanita menikah yang juga berkarir. Sesekali saya juga merasakan hal yang sama. Rasanya ingin teriak "Heiiii...tidak mudah menjadi wanita!"
Tapi saya sadar menjadi pria pun tidak mudah. Sebagai kepala keluarga mereka memikul beban tanggungjawab financial yang semakin hari semakin berat. Dunia kerja begitu kompleks. Persaingan semakin ketat. Mereka perlu memutar otak dan bekerja sangat giat untuk dapat memberikan kehidupan yang layak bagi keluarga tercinta.
Saya punya beberapa kenalan teman pria yang terpaksa harus bekerja di luar kota bahkan di luar negeri demi istri dan si buah hati. Saya yakin mereka sebenarnya merasakan kesedihan tidak dapat berkumpul setiap waktu dengan keluarga. Apalagi jika hari ulang tahun atau hari raya tidak dapat pulang. Merindukan masakan istri, merindukan tangis dan tawa si kecil, juga merindukan suasana di negeri sendiri. Kalau boleh mengeluh, saya yakin mereka juga ingin sekali melakukannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa wanita kerap rempong dengan hal remeh temeh. Suami lembur atau telat pulang, diinterogasi! Suami terima telp dari partner atau client perempuan, dicurigai! Suami sibuk kerja dan tidak bisa ajak liburan di long weekend, dingambeki! Suami lelah dan tidak bisa bantu pekerjaan rumah, dimarahi! Dsb...dsb...dsb...
Dengan memahami bahwa menjadi pria ternyata juga tidak mudah, saya sangat berusaha untuk tidak membuat suami saya bertambah pusing dengan hal-hal sepele. Kalau saya tidak bisa membantu meringankan pekerjaannya, maka saya berusaha untuk tidak mempersulitnya. Sesekali saya juga menghiburnya dengan jokes. Senang dapat melihatnya tiba-tiba tersenyum ketika dahinya berkerut di depan laptop.
No, I am not a perfect wife and i don't want to be perfect. I just want to be my self then I will be happy. I was learning, I am learning and I will learn to be a better woman.
Namun siapa sangka dalam sekejap, curhatan panjangnya tersebut menjadi viral, dan sudah dibagikan lebih dari dua ribu kali dengan aneka ragam komentar. Banyak orang tampaknya setuju dengan isi curahan hati ini.
"Memang kita juga harus belajar dr seni bahasa tubuh. Kadang ada laki-laki yg sibuk tapi gak sempat cerita karena mungkin terlalu sibuk ada juga yg suka cerita supaya kita mengerti. Dari situlah pemahaman istri benar-benar dibutuhkan. Alangkah indahnya jika saling mengerti satu sama lain," ujar akun Tuti Winarti.
"Saya suka yang ini Tidak dapat dipungkiri bahwa wanita kerap rempong dengan hal remeh temeh. Suami lembur atau telat pulang, diinterogasi!" tambah akun Luthfi Tri Atmaja.
tags: curhatan istri seorang programmer, curhatan istri di facebook, curhatan istri programmer di facebook