Senin, 03 Oktober 2016
Pengusutan kasus pembunuhan yang diduga melibatkan Dimas Kanjeng Taat Pribadi terus berkembang. Yayasan Dimas Kanjeng melaporkan Polda Jawa Timur karena dianggap melakukan kekerasan dalam penangkapan Dimas Kanjeng di padepokannya di Desa Wangkal, Gading, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur (24/9).
Dalam drama penangkapan itu, juga muncul isu lain yang sangat merugikan. Yakni, Dimas Kanjeng dianggap melakukan penggandaan uang. Ketua Yayasan Dimas Kanjeng Marwah Daud Ibrahim membantah kabar tersebut. “Sama sekali tidak ada penggandaan uang,” kata Marwah.
Kalau ada penggandaan uang, tentu ada penggalangan dana dari masyarakat. Menurut Marwah, yang dilakukan Dimas Kanjeng sama sekali tidak menggalang dana masyarakat. “Dia tidak mengambil uang orang,” tuturnya.
Bahkan, dalam foto yang diambil pada awal 2012 menunjukkan Dimas Kanjeng Taat Pribadi pernah memamerkan uang hasil penggandaan gaibnya. Setelah diperlihatkan kepada masyarakat dan petugas, uang empat peti ini dibawa ke bank untuk ditabung. Hasilnya asli semua.
Nah, untuk membuktikan hal tersebut, Dimas mengajak semua pihak untuk menyaksikan sendiri bagaimana cara membuat uang itu. “Kami mengajak presiden kalau memang tidak percaya. Dia tidak menggandakan. Silakan lihat sendiri, ini karomah,” ujar perempuan yang juga politikus itu.
Sementara itu, meski Dimas Kanjeng telah ditangkap, para pengikutnya masih bertahan di padepokan. Jumlahnya cukup banyak. Sekitar 300 orang. Mayoritas berasal dari luar kota. Mereka tinggal di tenda-tenda di sekitar padepokan. Masyarakat yang bertahan di padepokan Dimas Kanjeng tidak semata-mata loyal. Ada juga yang berharap uangnya kembali.
Kapolda Jatim Irjen Anton Setiadji mengatakan, rekonstruksi pembunuhan dua santri Dimas Kanjeng, yaitu Ismail Hidayah dan Abdul Gani, akan dilakukan secepatnya. Diduga, korban pembunuhan lebih dari dua orang. “Masih tunggu laporan. Kalau memang benar, akan ada penyelidikan lebih lanjut,” paparnya.
Jawa Pos Radar Bromo melaporkan, ratusan personel Polres Probolinggo dan Brimob Polda Jatim masih mengamankan padepokan Dimas Kanjeng. Mereka melakukan penyisiran sekitar 1,5 jam. Kapolres Probolinggo AKBP Arman Asmara meminta para pengikut menurunkan foto pigura Dimas Kanjeng yang dipajang di tenda-tenda tersebut.
“Ada isu yang berkembang bahwa Dimas Kanjeng yang ditangkap itu gaibnya. Karena itu, kami melakukan pendekatan untuk memberikan penjelasan soal kebenaran penangkapan Dimas Kanjeng itu,” katanya.
Dalam drama penangkapan itu, juga muncul isu lain yang sangat merugikan. Yakni, Dimas Kanjeng dianggap melakukan penggandaan uang. Ketua Yayasan Dimas Kanjeng Marwah Daud Ibrahim membantah kabar tersebut. “Sama sekali tidak ada penggandaan uang,” kata Marwah.
Kalau ada penggandaan uang, tentu ada penggalangan dana dari masyarakat. Menurut Marwah, yang dilakukan Dimas Kanjeng sama sekali tidak menggalang dana masyarakat. “Dia tidak mengambil uang orang,” tuturnya.
Bahkan, dalam foto yang diambil pada awal 2012 menunjukkan Dimas Kanjeng Taat Pribadi pernah memamerkan uang hasil penggandaan gaibnya. Setelah diperlihatkan kepada masyarakat dan petugas, uang empat peti ini dibawa ke bank untuk ditabung. Hasilnya asli semua.
Nah, untuk membuktikan hal tersebut, Dimas mengajak semua pihak untuk menyaksikan sendiri bagaimana cara membuat uang itu. “Kami mengajak presiden kalau memang tidak percaya. Dia tidak menggandakan. Silakan lihat sendiri, ini karomah,” ujar perempuan yang juga politikus itu.
Sementara itu, meski Dimas Kanjeng telah ditangkap, para pengikutnya masih bertahan di padepokan. Jumlahnya cukup banyak. Sekitar 300 orang. Mayoritas berasal dari luar kota. Mereka tinggal di tenda-tenda di sekitar padepokan. Masyarakat yang bertahan di padepokan Dimas Kanjeng tidak semata-mata loyal. Ada juga yang berharap uangnya kembali.
Kapolda Jatim Irjen Anton Setiadji mengatakan, rekonstruksi pembunuhan dua santri Dimas Kanjeng, yaitu Ismail Hidayah dan Abdul Gani, akan dilakukan secepatnya. Diduga, korban pembunuhan lebih dari dua orang. “Masih tunggu laporan. Kalau memang benar, akan ada penyelidikan lebih lanjut,” paparnya.
Jawa Pos Radar Bromo melaporkan, ratusan personel Polres Probolinggo dan Brimob Polda Jatim masih mengamankan padepokan Dimas Kanjeng. Mereka melakukan penyisiran sekitar 1,5 jam. Kapolres Probolinggo AKBP Arman Asmara meminta para pengikut menurunkan foto pigura Dimas Kanjeng yang dipajang di tenda-tenda tersebut.
“Ada isu yang berkembang bahwa Dimas Kanjeng yang ditangkap itu gaibnya. Karena itu, kami melakukan pendekatan untuk memberikan penjelasan soal kebenaran penangkapan Dimas Kanjeng itu,” katanya.