Senin, 29 Agustus 2016

Selama ini mungkin kita hanya menganggap bahwa cuma orang Arab saja yang bisa menjadi imam besar di Masjidil Haram Makkah. Namun tahukah kamu, ternyata warga asli Indonesia tepatnya putra asli Minangkabau ini pernah diangkat menjadi imam, khatib, sekaligus guru besar di sana?

Pasti penasaran, siapa gerangan ulama’ ini…  Beliau adalah Syaikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi Rahimahullah. Yuk kita baca biografi singkat beliau ini.




Syaikh Khatib Al-Minangkabawi menjadi imam besar di Masjidil Haram sekaligus mufti bermadzhab Syafi’i untuk daerah Makkah pada waktu itu. Beliau berwenang untuk memberikan fatwa pada umat Islam di akhir abad ke-19.

Beliau berdarah Koto Gadang, Sebuah desa yang dikenal mempunyai keunikan dan warganya terkenal sangat kritis di era kolonialisme. Syaikh Khatib lahir di Sumatera Barat pada tanggal 26 Juni 1860. Beliau pergi dari desa kelahirannya demi menuntut ilmu ke Kota suci Makkah di saat usianya masih sangat belia, 9 tahun!

Sesampainya di Makkah, beliau berguru dengan beberapa ulama’ masyhur disana. Saking alimnya, Syaikh Khatib dijadikan mufti di Makkah dan beliau mempunyai majelis ilmu di tiang tengah Masjidil haram pada waktu itu.

Muridnya sungguh banyak. Setiap hari, Ratusan ribu kaum muslimin datang pada beliau untuk meminta fatwa dan minta diajarkan ilmu fiqih Syafi’iyah. Dua diantara ratusan ribu muridnya pasti kamu sudah akrab. Mereka adalah Hadratus Syaikh Kyai Haji Hasyim Asy’ari yang merupakan pendiri organisasi Nahdatul Ulama, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendiri pertama organisasi Islam Muhammadiyah.

Bukan hanya ilmu fiqih Syafi’i yang beliau kuasai, Syaikh Khatib juga menguasai sejarah, astronomi islam, berhitung, aljabar, serta geometri. Masyaallah.. begitu luas ilmunya.

Awalnya, Syaikh Khatib kecil memulai belajar agama pada ayah sendiri, Syeikh Abdul Latif. Sejak kecil beliau sudah khatam dan hafal Alquran 30 juz di usia 6 tahun.

Syaikh Khatib, Orang Indonesia Pertama Yang Jadi Imam Besar di Masjidil Haram asal Minangkabau ini menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 13 Maret 1916. Hingga saat ini, nama besar beliau masih terngiang terutama di kalangan santri dan penerus madzhab Syafi’i.

Kita sebagai orang Indonesia turut bangga dengan nama besar beliau. Apalagi beliau tidak lupa dengan bahasa minang meski menjadi Imam besar di Makkah. Subhanallah.. Luar biasa!!

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © ADA-ADA SAJA - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -