Senin, 29 Agustus 2016
Hasil survei opini yang objektif yang mengangkat tentang gaun wanita di tujuh negara mayoritas Muslim secara menakjubkan menemukan bahwa 96% setuju bahwa perempuan harus mengenakan jilbab.
Setelah mengumpulkan pendapat responden di Turki, Tunisia, Lebanon, Arab Saudi, Mesir, Irak dan Pakistan, survei yang dilakukan oleh University of Michigan Institute for Social Research menemukan bahwa hanya 4% dari responden yang menjawab perempuan tidak perlu mengenakan jilbab ketika ditanya tentang bagaimana sebaiknya wanita harus berpakaian. Namun, temuan mencatat adanya perbedaan pendapat tentang bagaimana jilbab harus dipakai termasuk model serta gayanya.
Secara keseluruhan, 21.143 orang yang tinggal di negara-negara ini menanggapi kuesioner secara positif, yang dilakukan antara bulan Januari 2011 hingga Juni 2013. Sampel dari pria dan wanita dibagi 50-50, sedangkan 7% responden secara keseluruhan adalah non-Muslim.
Sementara Arab Saudi, Irak, Pakistan dan Mesir semua memiliki hasil yang sama mengenai apakah mereka meyakini bahwa perempuan harus mengenakan jilbab atau tidak. Sedangkan Lebanon menunjukkan hasil paling preferensi terkait wanita tidak memakai jilbab, dengan 49% mengatakan mereka lebih suka wanita tanpa mengenakan busana seperti itu. Namun, penting untuk dicatat bahwa 31% responden dari Lebanon bukan Muslim. 15% dari responden Mesir juga mengatakan mereka lebih suka wanita untuk tidak mengenakan jilbab, dan sebagai catatan 14% dari responden di Mesir juga bukan Muslim.
Turki adalah satu-satunya negara di mana responden hampir seluruhnya Muslim namun menunjukkan sikap penentangan yang amat tinggi terhadap jilbab, dengan 32% mengatakan mereka meyakini wanita seharusnya tidak memakainya. Namun hal itu sesuatu yang wajar, setelah 90 tahun rakyat Turki hidup dalam situasi sekularisme konstitusional yang melarang simbol-simbol keagamaan. Tapi fakta bahwa 68% responden Turki mendukung jilbab adalah merupakan hasil yang luar biasa.
