Kamis, 04 Agustus 2016
Dalam menyikapi peristiwa pembakaran Vihara di Tanjung Balai, Sumatera Utara pemerintah dan aparat keamanan harus bertindak bijak dan proporsional.
“Yang harus digaris bawahi pemicunya itu adalah tindakan warga minoritas yang arogan dan tidak toleran serta melanggar aturan dan kesopanan disana. Dia wajib ditindak agar kericuhan tidak terulang lagi dan menyebar di wilayah lain,” ujar sekretaris Pusat Ham Muslim Indonesia (Pushami) Aziz Yanuar,SH kepada Suara Islam Online, Selasa (2/8/2016).
Menurutnya, untuk mengatasi konflik horizontal itu kuncinya dengan menegakkan keadilan dan proporsional. “Jika itu tidak dilakukan maka pemerintah sudah menabur benih perpecahan dan kerusuhan yang akan meledak lebih besar lagi suatu hari nanti,” jelasnya.
Kata Aziz, selama 71 tahun Indonesia merdeka, tidak pernah ada yang protes adzan berkumandang, baru sekarang ada. “Ini artinya bukan adzan dan speakernya yang jadi masalah, tetapi mereka yang mulai menyerang ajaran Islam,” terangnya.
“Dan kalau masalah speaker ini diakomodir maka pasti mereka akan minta diakomodir masalah lainnya seperti misalnya waktu jumatan dibatasi atau hari raya Idul Adha dilarang memotong hewan kurban seperti di Jakarta. Waktu bulan puasa kemarin masalah penutupan warung itu juga bagian dari ‘test water‘ dari mereka yang anti Islam,” tambahnya. (ts/suaraislam)